HARGA
DIRI ZAFRAN
Berlari
dan terus berlari itu lah hal yang dilakukan Zafran. Pengecut memang untuk
ukuran seorang laki - laki yang lebih memilih berlari dan menghindar dari rasa
takutnya dibanding menghadapinya. Namun tunggu memang terkadang dalam hidup ada
rasa takut yang tidak bisa untuk dihadapi atau dihapus. Sebuah rasa trauma akan
rasa sakit yang datang ke dalam batin
dan pikiran. Itu lah hal yang dirasakan Zafran, seorang remaja yang ceria dan
tidak tega untuk melukai atau menyakiti perasaan orang lain, berubah menjadi
Zafran yang cenderung diam, senyuman diwajahnya seakan hilang dan raut mukanya
menggambarkan ketakutan akan suatu hal. Zafran sendiri adalah laki – laki biasa
layaknya yang lainnya. Zafran tumbuh dan
berkembang di dalam keluarga sederhana yang menjunjung tinggi nilai tata karma
atau kesopanan. Maka dari itu Zafran dibiasakan dari kecil untuk sopan dan
santun kepada orang lain termasuk juga dibiasakan untuk tidak melukai perasaan
orang lain.
Lalu apa sebenarnya yang membuat Zafran berubah?, Layaknya seorang
remaja pada umumnya, Zafran menjalani hubungan dengan seorang perempuan yang
dia cinta yaitu Dinda. Zafran mengenal Dinda sejak dulu awal masuk sma melalui
seorang temannya yang notabennya adalah teman Dinda ketika smp. Zafran dan
Dinda pun berbeda sma, namun sejak saat itu lah Zafran memulai hubungannya
dengan Dinda melalui pertemanan hingga akhirnya Zafran bisa mendapatkan hati
Dinda. Zafran berfikir bahwa Dinda adalah seseorang yang bisa menjadi pena yang
akan meggoreskan tinta di setiap lembar hidupnya. Hubungan yang dijalaninya
berlangsung nyaman bagi zafran hingga 2 tahun berjalan. Sekaligus menambah
keyakinan Zafran bahwa Dinda adalah perempuan yang tepat untuknya.
Hingga suatu
ketika Zafran akhirnya merasakan kepahitan dari hubungannya dengan Dinda. Tepat
pada sore hari ketika jam pulang sekolah Zafran berjanji kepada sahabatnya
yaitu Angga, bahwa akan mengahabiskan waktu bersamanya hingga malam tiba. Namun
secara tidak terduga Dinda menghubungi Zafran untuk meminta tolong menjemputnya
di rumah temannya, yang lokasinya memang tidak jauh dari sekolah Zafran. Zafran
pun bimbang untuk memilih menjemput Dinda atau menempati janjinya dengan Angga.
Tanpa pikir panjang Zafran langsung mengambil keputusan untuk menjemput Dinda
sekaligus mengajak Angga untuk ikut menemaninnya. Sepuluh menit kemudian Zafran
bersama dengan Angga sampai tepat di depan rumah teman Dinda. Zafran dan Angga
pun dipersilahkan masuk dan disambut hangat
oleh Dinda dan 2 orang temannya. Semua berjalan seperti yang seharusnya,
dimana Zafran berbincang dan berbagi canda tawa dengan Dinda, sedangkan Angga
berbincang dengan 2 orang teman Dinda.
Seketika keadaan menjadi hening dan mengejutkan ketika Dinda tiba – tiba membentak
Zafran di hadapan teman – temannya. Zafran hanya terdiam dan memandang Dinda
yang membentaknya dengan raut muka penuh amarah. Angga berserta 2 orang teman
Dinda hanya terdiam dan memperhatikan apa
yang terjadi. Tanpa berkata – kata Zafran langsung bangun dan keluar
pergi di ikuti oleh Angga yang dengan buru – buru mengejar Zafran yang bersiap
untuk pergi dengan menyalakan sepeda motornya. Akhirnya mereka berdua pun pergi
tanpa pamit. Setelah itu mereka berdua berhenti di sebuah warung kopi, dimana
Zafran langsung memesan kopi hitam dan rokok diiringi raut kekecewaan yang
mendalam di wajahnya. Layaknnya seorang sahabat pada umumnya Angga langsung
berkata “Udah jangan sedih, mending udahan aja. Secara nggak langsung Dinda
udah jatuhin harga diri lu didepan temannya, harga diri Zafran.”. Sambil menghisap rokok Zafran
hanya menjawab singkat “Gapapa Dinda mungkin lagi datang bulan, makannya jadi
galak.”. Angga pun kembali merespon dengan nada yang tinggi “Jangan bodoh,
segalak – galaknya perempuan nggak boleh kayak gitu apalagi didepan umum, harga
diri Zafran harga diri Zafran?! Pake logika lu.”. Zafran hanya terdiam tanpa respon dan
meminum kopi yang telah dia pesan. Keesokan harinya Dinda menyadari apa yang
telah dilakukannya memang hal yang salah dan secara tidak langsung menjatuhkan harga diri Zafran, dan segera meminta maaf kepada
Zafran, dengan tangan terbuka Zafran pun memaafkan apa yang telah Dinda lakukan.
Waktu terus berjalan hingga akhirnya Zafran dan Dinda harus menjalani hubungan
jarak jauh. Dimana Dinda harus melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di
luar kota. Sedangkan Zafran melanjutkannya di kota yang sama dimana dia tinggal.
Jarak membuat Zafran sadar dimana dia harus membagi waktunya terutama untuk
Dinda. Begitu pun Dinda, yang juga sadar bahwa jarak membuat waktu bertemu
Zafran hanya pada ketika dia pulang kembali ke rumah. Hingga saat yang ditunggu
Zafran dan Dinda pun tiba yaitu libur panjang, Dinda segera memberi kabar
kepada Zafran akan kepulangannya. Zafran pun sangat antusias dan siap
menjemputnya kapan pun dan jam berapa pun Dinda tiba di stasiun. Setiap libur
panjang lah Zafran dan Dinda bisa bertemu dan becengrama satu sama lain.
Memasuki semester 2 kesibukan masing – masing pun mulai padat, ditambah dengan
Zafran sangat aktif di kampus terutama jurusan. Sehingga membuat renggang
komunikasi yang terjalin antara Zafran dan Dinda. Namun Zafran tetap konsisten
memberi kabar di sela aktifitas jurusannya yang padat. Hingga suatu ketika
Zafran kembali harus menetukan pilihan, dimana dia harus memilih mengikuti
acara jurusannya atau menjemput sekaligus menemani Dinda. Akhirnya Zafran pun
memilih untuk menemani Dinda, dan ketika itu juga Zafran mendapat komentar dan
cemoohan dari banyak temannya karena lebih mementingkan Dinda dari pada jurusan
terutama temannya. Pada saat itu Zafran hanya berfikir bahwa itu adalah pilihan
tepat dan dia juga tidak terlalu memperudulikan berbagai komentar dari banyak
temannya.
Namun mulai seiring waktu berjalan Dinda mulai menekan Zafran untuk
lebih meluangkan banyak waktu untuknya. Sampai pada akhirnya kekecewaan kembali
dirasakan Zafran. Ketika Dinda kembali pulang dan seperti biasa Zafran selalu
siap untuk menjemputnya. Namun sial bagi Zafran di perjalanan menjemput Dinda,
Zafran terjebak dalam kemacetan yang panjang yang membuatnya telat datang.
Sekaligus membuat Dinda menunggu 90 menit setelah sampai di stasiun.
Sesampainya di stasiun Zafran langsung meminta maaf dan menjelaskan apa yang membuatnya terlambat selama itu, namun
sayang semua penjelasan Zafran tidak diterima oleh Dinda yang langsung marah ke
hadapan Zafran. Untuk kedua kalinya Zafran hanya diam dan lebih memilih mengalah.
Kali itu Zafran tidak terlalu memikirkan bahwa sesungguhnya dia sudah berusaha
untuk menjemput Dinda walaupun telat dan tidak disengaja, Dinda juga kembali secara tidak langsung menjatuhkan harga diri Zafran kedua kalinya dengan tidak melihat usaha Zafran menjemputnya, yang Zafran lakukan saat
itu hanya membujuk dan meminta maaf ke Dinda agar redah rasa amarah di dalam
dirinya.
Semua kembali normal dan Zafran pun sepeti biasa menghabiskan liburannya
bersama Dinda. Namun keadaan kembali rumit ketika Zafran dan Dinda kembali ke
rutinitasnya masing – masing. Dinda semakin menekan Zafran untuk selalu bisa
kapan pun memberi kabar kepada Dinda. Hingga pada akhirnya Zafran dan Dinda
sering bertengkar melalui pesan dan telfon. Karena memang waktu yang Zafran
punya bukan hanya untuk Dinda.
Pada saat itu juga Dinda berhasil menjatuhkan kembali harga diri Zafran untuk ketiga kalinya, sekaligus membuat Zafran
benar – benar terpukul melalui kalimat yang Dinda lepaskan, dengan nada tinggi
Dinda berkata “kamu nggak pernah bisa memperlakukan perempuan layaknya seorang
laki – laki memperlakukan perempuannya.”. Seketika Zafran terdiam dan sedih
mengingat usaha dan perjuangannya selama 5 tahun menjalani hubungan ini masih
kurang dari cukup untuk Dinda, dan untuk terakhir kalinya Zafran kembali
menelan kekecawaan yang sangat mendalam yang ada dibenaknya adalah menyudahi
semuanya.
Akhirnya Zafran dan Dinda pun tidak melakukan komunikasi selama 2
minggu lamannya. Hingga Dinda pun menyadari bahwa apa yang dilakukannya salah sekaligus secara langsung menjatuhkan harga diri Zafran dan meminta maaf kepada Zafran. Namun sayang kali ini Zafran hanya bisa
memaafkan tanpa bisa menerima kembali Dinda layaknya kesalahan – kesalahannya
dulu yang pernah Dinda lakukan. Pada saat itu juga Zafran berubah menjadi
cenderung diam dan berkata secukupnya. Sesekali terlihat raut sedih di wajahnya
ketika teringat apa yang dialaminya. Dia sadar mencintai seseorang terlalu
dalam membuatnya lupa bahwa luka terbaik berasal dari seseorang yang terbaik
dalam kehidupan, dan dia sadar bahwa ada 3 hal yang tidak akan bisa ditukar
oleh apapun itu yaitu agama,keluarga dan yang paling utama adalah harga diri.
Masukkan aja ya.. Alur ceritanya terbilang klasik, tapi kalo emang pengen cerita asli, bikin detail kecil aja kayak "menyuput kretek", sama pembendaharaan diksinya diperbanyak juga kayak raut diganti rona. Semangattt berkarya!
BalasHapusSalam literasi!
wahhh kerennn������
BalasHapusbaguss 👌
BalasHapuswoah keren abiez
BalasHapusBisa dijadikan novel nih, terus kembangkan karya nya yaa. Semangat(:
BalasHapusTulisan yang bagus, semoga bisa dikembangkan lagi yaaa. Semangattt
BalasHapusBagus bisa dilanjutin terus nulisnya biar makin sukses! Semangat!
BalasHapusBagusss terus dilanjutin biar makin sukses! Semangat!
BalasHapusKerenn👍👍
BalasHapusLumayan diksi dan alurnya nih, harus dikembangin lagi fan!
BalasHapusbagusss. kembangin terus ya nulisnya👍
BalasHapusbagusss. kembangin lg ya nulisnya👍
BalasHapusTulisannya bagus, selalu semangat ya untuk berkarya :)
BalasHapusBagusss!! Selalu semangat ya dalam berkarya :)
BalasHapusBagus sangat menarik!
BalasHapusBagus dan menarik
BalasHapusAmbil hikmah dr cerita tersebut dalam berkehidupan sehari2 cerita yang bagus dan memiliki nilai kehidupan
BalasHapusKeren ceritanya bang, tapi Ada Kapita serta tanda baca yg harus diperbaiki. Selebihnya keren
BalasHapusTulisan yg bagus, semangat dalam mengembanhkan potensinya dan jgn takut untuk terus berkarya!
BalasHapuskarena gw buka blog ini diminta temen gw buat koment. jadi gw mau koment. awalnya pas baca kayak tulisan perempuan. kayaknya lu belom nemu gaya nulis. jadi coba lebih sering nulis lagi. cara penggambaran suasannya lebih di efektifin. kalo bisa dibuat satu kalimat ya buat satu kalimat aja. tapi bagus kok, cuma masih ngebosenin... kalo sering nulis dan udah nemu gaya nulisnya pasti bagus deh... samangat ya
BalasHapusini udah bagus kok seriusss udah ada alurnya
cuma ya ituu gw agak bosen... ada bagian yg gw skipp baca
tapi gw nangkep alur ceritanya
Mantap gan!
BalasHapus